Ketika surga merayu manja,
ketika jiwa merenung senja, ada berjuta kisah indah dalam senyummu.
Saat
itu.. sembari tersenyum kau memandang, mengundang tanya hati pecundang, apa dikata, apa dirasa, hari itu adalah yang terindah, karena kamu mengangguk iya.
Aku mengenangmu dengan segala keindahan, meski tidak sebaliknya. Karna kini kamu yang kukenal bagai surga telah berubah. bukan nama, bukan wajah, hanya rasa.
Aku tahu di sana kau masih menantikan pagi yang sama, di setiap senja hingga purnama. Namun kau tampik malam dengan terpejam, mmbutakan aku, kamu
dan kita.
Kenapa ada kamu dan aku jika
tak ada kita, kenapa ada perbedaan jika tak menjadi indah, dan kenapa kau
menangis jika tak ada rasa.
Dan kita
hanya akan menangisi bahagia untuk rindu yang tak pernah sirna.
Terjaga bisikan rindu, sesal
terulang, sesak tertuang, maaf ini milikku darimu
dan kembali untukmu.
Ketika kau bilang bangun aku bangkit, kau ingin berjalan aku siap berlari, kau bersedih aku pun menangis, tapi saat kau inginkan sempurna, aku diam.
Sekarang berjalan mundur dan
terbalik pun tak masalah, karena hanya hati yang mengerti adanya, bukan untuknya, tapi saya.
Tak hanya hambar terasa, namun rapuh menyelimuti semua. Inilah arti hadirmu untukku atau aku yang sengaja mengganggu mimpimu.
Dan aku membuka mata dengan sisa mimpi
semalam, tentang kebisuan rasa yang selalu membuatku terjaga. Seolah
bayangmu
pun acuhkan aku ada.
pagi ini akan segera membiru,
lalu waktu berlalu, semoga malam kan menjaga semua indah tentangmu.
.